Betawi juga mempunyai budaya yang sangat unik,yaitu seni drama Lenong. Lenong adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong, konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. (folklore)
Pada zaman dahulu (penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani penjajah.
Lenong pada hakikatnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu ; Lenong Preman dan Lenong Denes.
Lenong Preman : yaitu pertunjukan teater yang berisi cerita rakyat/kehidupan rakyat pribumi dalam menentang penjajahan, dengan mengedepankan tokoh utama 'Jago' yang kerap berkarakter tegas dan keras. Atraksi persilatan menjadi andalan pertunjukan. gaya bahasa yang digunakan pun cenderung kasar, seperti 'elu-gue, bangs*t, dll'. Lenong Preman diasumsikan cerita berdasarkan sudut pandang masyarakat menengah ke-bawah zaman dahulu. ditampilkan di tempat biasa masyarakat berkumpul, seperti pasar. Panggung pertunjukan berupa 'panggung arena', yang hanya beralaskan rumput/tikar, dengan penerangan obor/lampu minyak dan dikelilingi oleh penonton yang duduk berkumpul menyerupai tapal kuda. contoh Lenong Preman : Cerita Si Pitung, Abang Jampang, Wak Item, dll.
Lenong Denes (dinas) : yaitu pertunjukan teater yang berisi cerita mengenai dinamika pemerintahan yang saat itu dipegang oleh penjajah. namun demikian, cerita yang diusung tetap mengenai sisi perlawanan masyarakat terjajah. Gaya bahasa yang digunakan cenderung halus, seperti saya-anda, tuan, dsb. Lenong denes diasumsikan berdasarkan sudut pandang golongan menengah atas. Panggung pertunjukan : karena Lenong Denes biasa digelar di suatu tempat pemerintahan, maka cenderung lebih eksklusif dibanding lenong preman, yaitu menggunakan panggung dan kelengkapan pertunjukan saat itu. contoh : Cerita 1001 malam, dll.
Sekarang budaya betawi sudah hampir tergerus oleh adanya urbanisasi dari desa ke kota. Kalau di era tahun 70 dan 80an masih banyak pertunjukan lenong di daerah-daerah jakarta namun sekarang lenong sudah sangat jarang karena tak ada lagi generasi muda yang meneruskan kebudayaan tersebut. Dan sekarang saatnya anak bangsa melestarikan budaya yang sangat unik tersebut,jangan pas di rebut negara lain baru mengakui. JAGALAH BUDAYAMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar